Saat mengikuti Talents Mapping Basic for woman beberapa bulan lalu di tahun 2024, saya perhatikan ada seorang Ibu yang ketika bertanya atau menyampaikan pendapat, dengan begitu panjang lebar. At first, asyik sih dengarnya, tapi jujur buat saya pribadi kalau terlalu panjang, malah jadinya bosennnnn. Ehe, maafkan saya ya Buk.
Tapi gini ya, kalau diingat-ingat lagi, saya dulu juga punya kebiasaan sama. Kalau ngobrol suka panjang lebar lebih luas dari lapangan bola. Apalagi sama teman yang memang dipercaya. Adalah prapti, bestie masa kuliah dulu, as long as I remember, sepanjang kami dulu suka bertemu, saling main ke rumah, saya loh ya yang lebih sering cerita ini dan itu. Sepertinya, dia gak pernah cerita apapun tentang hidupnya. Yang dia lakukan adalah berusaha merespon segala apa yang saya ungkapkan. Bisa-bisanya saya tidak memberikan ruang terbuka untuknya menyampaikan apapun ya. Yang ada sih, tapi paling sekedarny saja. Selebihnya, sayalah yang mendominasi kata dan kalimat tiap kami ngobrol. Duh, saya jadi merasa bersalah.
Bakat Kuat Communication
Sama seperti ibu yang mendominasi pertanyaan di event TM Basic yang saya spill di paragraf pertama, saya juga punya bakat Communication kuat. Malah saat tes di juli 2024, ada di peringkat nomor 1. Jadi yaaaa, memang dorongan untuk berbicara dan menyampaikan pesan itu begitu menggebu-gebu. Gatel gitu rasanya, kalo terpaksa harus diam. Lha wong, ketemu orang yang sama-sama nunggu gojek, gemes kalo gak ngajak ngobrol duluan, meski cuma sekedar basa-basi.
Orang dengan bakat kuat communication, memang senang menyampaikan pemikirannya dalam kata-kata, baik itu lisan maupun tertulis. Jadi kalau saya sempat gak aktif nulis, terus jadi galau parahhhh, ya karena kebutuhan bakat communication yang tidak tersalurkan.
Bakat communication ini, juga terbilang jago dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Weh, jelas lah ya! Hanya saja, ketika bakat ini masih liar, maka cenderung berbicara terlalu panjang, sehingga bikin lawan bicara akhirnya pasrah mendengarkan saja. Ya, seperti yang terjadi di masa saya kuliah itu. Mmm, sepertinya jaman SMA juga deh, wkwkkwkwk. Duh duh, maafkan saya friends.
Yang menjadi PR seseorang dengan bakat kuat communication adalah menjadi pendengar yang baik. Nah loh! Bagaimanapun perlu kita ingat, si bakat berkomunikasi ini kan butuh audience ya? Tapi kalau kita terlalu banyak berbicara, sampai lupa bahwa ternyata audience juga butuh didengar dan direspon, makanya jadi males dengerin kita lagi?
PR besar lainnya adalah perlu banyak wawasan dan khasanah ilmu, karena suka ngomong ya si bakat kuat communication ini? Nah, biar gak jadi “tong kosong berbunyi nyaring”, artinya konten pembicaraan seharusnya “berisi”. Intinya belajar gimana caranya berbicara dengan berbobot dan efektif.
Kuliah, Semulus Jalan Tol
Sejak saya paham dengan communication adalah salah satu alasan kenapa nilai saya bisa bagus selama kuliah. Secara kuliahnya Hubungan Internasional, meski merasanya salah jurusan, tapi lulus kumlot, terpilih magang di Deplu, bahkan saya juga termasuk cuek kuliah, lebih milih asyik siaran daripada kuliah. Jadilah sering absen, gubrak!
Selama kuliah memang cukup banyak bikin tulisan dan juga presentasi. Lha, yo wes, mantep tho! Kemampuan ini ternyata secara alamiah saya miliki. Karena tugas-tugas yang ada, gak jauh-jauh dari namanya berkomunikasi.
Tentu saja, si bakat kuat communication ini pintar mengolah kata, merangkai emosi yang tepat untuk penyampaian kalimatnya, bisa merangkul beragam audience dari segala macam kalangan.
Saya juga sering nyadar, ketika saya berbicara di depan dosen, apalagi saat skripsi, kok semacam pada terpana ya? Eh ini bukan cuma saya yang keGeeRan sendiri. Salah satu teman masa siaran juga pernah bilang, “coba kalau kamu yang ngomong di depan, Na, pasti orang terpesona”. Waktu itu belum paham sih, ngertinya karena hal-hal mistis, wkwkkwkwk.
Yaaa begitulah, cerita di bakat communication kuat yang ternyata melekat di diri saya sekian lama. Ditambah dengan achiever kuat, so salah satu target harian adalah berkomunikasi!
Jadiii wajar ya, kalau sekarang saya aktif nulis lagi, terutama di blog dan postingan sosial media, karena ini adalah kebutuhan regulasi diri.