Produktif Bikin Bahagia
Alhamdulillah.
Satu kata yang mengulir begitu indahnya akhir-akhir ini. Benar kata orang, sibuk bikin bahagia. Atau lebih tepatnya, produktif membuat bahagia. Itulah yang sedang saya alami beberapa minggu terakhir. Rasa seperti ini, sudah lama tidak hinggap dalam diri. Terakhir itu sekitar 4-5 tahun lalu, saat awal-awal memutuskan pindah ke Jakarta.
Yes, butuh kurang lebih 5 tahun rupanya, buat saya (finally) bisa menemukan kenyamanan selain di Jogja. 5 tahun penuh jatuh bangun, derai air mata, dan kegalauan. Galau ingin melakukan apa. Galau ingin berkarya apa.
Kenapa karya sebegitu pentingnya sih Na?
Buat saya, yang 100% IRT, berstatus tanpa jadi freelance apapun, benar-benar totally hanya mengurus rumah tangga dan anak-anak,
berkarya seperti pecutan untuk terus melanjutkan hidup.
Bahasa kerennya, bikin hidup lebih hidup!
Saat awal pindah ke Jakarta, saya sempat menekuni bidang voice over talent, sebuah ranah yang cukup saya kenal, secara saya juga sudah siaran radio selama lebih dari 10 tahun. Mengisi VO memang bukan hal baru buat saya, tapi perjuangan menuju studio di ujung barat Jakarta, sementara saya berada di ujung berseberangan, jujur membuat lahir batin lelah. Ya, saat itu memang selemah itu mental dan fisik saya.
Lalu datanglah pandemi, kegiatan VO beberapa kali take dari rumah kontrakan di spring garden. Sampai kemudian, Allah menghadirkan jabang bayi ke-3 di usia 40 tahun. Sampai baby lahir, bahkan bisa dibilang sampai sekarang, saya hanya fokus berada di rumah. Komitmen untuk membersamai anak-anak makin menguat, sampai saya abaikan 1 hal penting, bahwa saya juga butuh “me time”. Saya butuh waktu untuk bisa berkarya dan mengekpresikan diri.
Mencoba membuat konten lagi, setelah pernah berhasil membangun akun tiktok hingga puluhan ribu follower. Sayangnya, berasa masih ada yang kurang. Saya tidak ingin, membuat konten hanya sekedar konten. Ingin membuat konten yang bisa memberi edukasi dan inspirasi. Wadaw! Berat banget ya!
Setelah mengikuti kelas Coach Rezza, penulis best-seller “Dikejar Rezeki”, saya membreakdown apa yang sebenarnya ingin saya lakukan. Jika peserta lain sesaat setelah ikut kelas tersebut langsung bisa dikejar rejeki berjuta-juta bahkan puluhan juta rupiah, pencapaian saya adalah bisa menemukan hal paling esensial dalam diri saya. Yaitu berkarya lewat jalur yang membuat jiwa raga sepakat akan kenyamanannya.
Salah satunya (kembali) menulis melalui blog. Ikut kelas-kelas yang menunjang apa yang sedang saya bangun saat ini. Ada 3 kelas yang saya ambil, yaitu Book Writing Camp (Tinta Langit), Montessori Diploma (MHA) dan Fitrah Based Education. Hanya saja, untuk kelas FBE saya belum bisa benar-benar fokus, tapi sudah meniatkan untuk bersegera menuntaskan rekaman materi-materi yang tersimpan di google classroom.
Yang saya fokuskan saat ini adalah membuat proyek buku solo BWC, dimana secara target memang hanya dalam hitungan 2 bulan. Ya, 2 bulan membuat buku, solo pula, pengalaman pertama pula!
Tentu saja selain fokus pada kegiatan menulis, seminggu 2x pada Jumat & Sabtu malam, belajar Montessori, yang jujur saja awalnya tidak mudah. Buku panduannya memakai bahasa inggris, dan beberapa materinya terasa sangat materi kuliahan yang kadang sulit dicerna.
Baik BWC maupun Diploma Montessori, keduanya punya tugas yang sangat ketat aturan mainnya. Secara sudah niat dari awal, meski kadang tergopoh-gopoh mengumpulkan di last minute, tapi ternyata produktivitas ini membuat saya bahagia.
Ada sensasi “nyesssss” dalam dada, ketika bisa menuntaskan segala tugas yang ada.
Seperti halnya saat menulis blog menjelang subuh sekarang ini, muncul rasa yang sama.
Rasa ini Bismillah terus saya perkuat, dengan produktivitas dan aktivitas yang makin berkualitas. Artinya memang minat nonton drakor menjadi berkurang. So, apakah saya kangen nonton akting Park Seo Joon, Ji Chang Wook? Mmm sesekali oke, tapi maaf para oppa, saya sudah tidak bisa setia seperti sebelumnya ^^